Dune: Part Two, Sekuel Sci-Fi yang Mengagumkan dari Denis Villeneuve

Dune: Part Two, Sekuel Sci-Fi yang Mengagumkan dari Denis Villeneuve post thumbnail image

Dune: Part Two, Sekuel Sci-Fi yang Mengagumkan dari Denis Villeneuve – Empat tahun lalu, pada 2020, banyak orang yang menantikan dengan antusias perilisan Dune (2021). Bagaimana tidak, film ini diadaptasi dari novel klasik karya Frank Herbert, yang disebut sebagai salah satu karya fiksi ilmiah terbaik sepanjang masa.

Selain itu, film dune ini juga digarap oleh Denis Villeneuve, sutradara yang telah menghasilkan film-film berkualitas, seperti Sicario (2015), Arrival (2016), dan Blade Runner 2049 (2017). Sementara sederet aktor Hollywood papan atas, seperti Timothée Chalamet, Zendaya, Rebecca Ferguson, dan Javier Bardem, didapuk sebagai pemeran utama.

Namun, pandemik COVID-19 membuat film ini harus ditunda beberapa kali, hingga akhirnya dirilis pada Oktober 2021. Meski mendapat pujian dari kritikus dan penonton, film ini hanya mengadaptasi setengah dari novel pertama, sehingga banyak yang merasa belum puas dengan kisah Paul Atreides (Timothée Chalamet) dan planet gurun Arrakis.

Namun, hal ini tak menghalangi Villeneuve untuk melanjutkan visi ambisiusnya. Tayang di bioskop Indonesia sejak Rabu (28/2/2024), Dune: Part Two (2024) mendapat respon luar biasa dan diakui sebagai film space opera terbaik yang pernah dibuat. Penasaran dengan bagaimana Denis Villeneuve melanjutkan kisah Paul Atreides dan perang melawan House Harkonnen?

 

1. Lanjutkan perjalanan epik Paul Atreides sebagai penyelamat planet Arrakis

Dune: Part Two, Sekuel Sci-Fi yang Mengagumkan dari Denis Villeneuve

Dune: Part Two menyoroti kehidupan Paul Atreides (Timothée Chalamet) dan ibunya, Lady Jessica (Rebecca Ferguson), setelah berhasil lolos dari serangan House Harkonnen dan Sardaukar, tentara kekaisaran, di film pertama. Kini, mereka bersembunyi di antara padang gurun Arrakis dan bergabung dengan Sietch Tabr, komunitas besar Fremen yang dipimpin oleh Stilgar (Javier Bardem).

Namun, tak semua Fremen menerima ramalan suci yang menyebut Paul sebagai Lisan Al-Gaib atau juru selamat, salah satunya yakni prajurit wanita bernama Chani (Zendaya). Di tengah konflik internal itu, Paul mulai belajar untuk menjadi Fremen seutuhnya, sementara Lady Jessica, yang tengah hamil, ditasbihkan sebagai Reverend Mother, yakni “ibu” dari para Bene Gesserit, wanita berkemampuan khusus.

Di sisi lain, House Harkonnen sedang meradang karena pasukan Sietch Tabr yang dipimpin oleh Paul berhasil meluluhlantakkan bisnis Spice Melange, rempah berharga di Arrakis, yang jatuh ke tangan mereka pasca kematian ayah Paul, Leto Atreides (Oscar Isaac). Tak tinggal diam, Baron Vladimir Harkonnen (Stellan Skarsgård), pemimpin House Harkonnen, pun mengangkat keponakannya, Feyd-Rautha (Austin Butler), untuk melancarkan serangan balasan.

Apakah Paul berhasil membalas dendam kepada House Harkonnen atas kematian ayahnya? Apakah Paul mampu membantu Fremen untuk merebut kembali planet mereka? Dan yang terpenting, apakah Paul akan memenuhi takdirnya sebagai Lisan Al-Gaib?

2. Akting para pemain yang layak disebut fenomenal

Dune: Part Two, Sekuel Sci-Fi yang Mengagumkan dari Denis Villeneuve

Sebagai film dengan pemain ansambel yang “kaya”, Dune: Part Two tentunya tak main-main untuk urusan akting. Beberapa aktor yang baru bergabung, seperti Florence Pugh sebagai Princess Irulan, Christopher Walken sebagai Kaisar Shaddam IV, dan Léa Seydoux sebagai Margot Fenring, mampu menciptakan dinamika yang menarik. Namun, ada empat aktor yang paling mencuri perhatian penulis.

Timothée Chalamet memberikan penampilan yang mengesankan sebagai Paul Atreides, seorang pemuda yang harus menghadapi takdir dan pilihan yang sulit. Chalamet berhasil menunjukkan perubahan yang impresif, dari seorang pangeran yang naif menjadi sosok nabi yang dimuliakan.

Berperan sebagai sang rival, Feyd-Rautha, Austin Butler tampil mencolok dengan kepala plontos dan dandanan monokrom. Ditunjang penampilannya, aktor peraih nominasi Oscar lewat Elvis (2022) ini sukses menghidupkan karakter penjahat yang sinting, bengis, dan tak mengenal belas kasih.

Meski perannya hanya sebatas love interest Paul, Zendaya bersinar sebagai Chani. Aktingnya tak dangkal, ia berhasil menyeimbangkan sisi romantis dan heroik di tengah narasi fiksi ilmiah yang epik, sehingga membuat penonton mudah jatuh hati kepadanya.

Namun, bintang dari Dune: Part Two adalah Rebecca Ferguson. Salah satu momen akting terbaik pemain seri Mission Impossible ini adalah saat ia bertransformasi menjadi Reverend Mother. Tanpa banyak dialog, sorot matanya yang tajam memancarkan kengerian yang menusuk.

3. Visual dalam Dune: Part Two adalah definisi kepuasan sinematik

Dune: Part Two, Sekuel Sci-Fi yang Mengagumkan dari Denis Villeneuve

Dengan bujet yang lebih besar dari film pertama, yakni 190 juta dolar AS, Dune: Part Two dijamin akan memuaskan para pencari kepuasan sinematik. Denis Villeneuve, selaku sutradara, berhasil menciptakan setiap adegan secara realistis, sehingga membuat penonton merasa seolah-olah berada di Arrakis. Entah itu adegan aksi, seperti saat Paul menaiki Shai-Hulud, cacing raksasa Arrakis, maupun adegan statis, seperti gurun yang diterpa angin, semua tak pernah gagal memancing kekaguman.

Visual yang menakjubkan tersebut juga didukung oleh musik gubahan Hans Zimmer, komposer peraih dua Oscar lewat The Lion King (1994) dan Dune (2021). Zimmer menggunakan instrumen dan vokal yang beragam, yang mencerminkan budaya dan karakter dari film ini. Dua lagu yang paling mencuri perhatian yakni “A Time of Quiet Between the Storms”, yang menggambarkan suasana tenang di antara pertempuran yang terjadi di Arrakis, dan “Harvester Attack”, yang mewakili serangan Shai-Hulud.

4. Angkat beragam tema, salah satunya agama

Dune: Part Two, Sekuel Sci-Fi yang Mengagumkan dari Denis Villeneuve

Walau mengusung genre space opera yang lekat dengan adegan aksi bombatis, Dune: Part Two tak serta merta menjadi sajian “kosong”. Seperti film pertamanya, film ini juga mengangkat beragam tema yang menarik untuk ditelaah setelah menontonnya. Dua tema yang paling kental dalam Dune adalah politik dan agama.

Dari sisi politik, film ini menunjukkan bagaimana kekuasaan bisa memengaruhi nasib dan pilihan seseorang. Paul harus menghadapi konflik antara cinta, keluarga, dan takdirnya sebagai pemimpin. Ia juga harus berhadapan dengan intrik dan tipu daya dari musuh-musuhnya yang ingin menguasai Spice Melange dan Arrakis.

Sementara dari segi agama, film ini menyelami dunia spiritual dan mistis Dune, yang dipenuhi oleh kekuatan psikis dari Bene Gesserit dan ramalan Fremen. Namun, agama juga memiliki sisi gelap, yang bisa dimanfaatkan untuk menguasai dan mengeksploitasi orang lain. Fanatisme yang membakar semangat, tetapi juga menghancurkan jiwa, menjadi kritik tajam dalam Dune: Part Two.

5. Lantas, apakah Dune: Part Two lebih bagus dari pendahulunya?

Dune: Part Two, Sekuel Sci-Fi yang Mengagumkan dari Denis Villeneuve

Ketika Dune (2021) dirilis, banyak orang yang merasa “tertipu” karena film tersebut tak sesuai dengan harapan atau selera mereka. Beberapa penonton merasa Dune terlalu serius, lambat, atau membosankan. Mereka mengharapkan film space opera yang lebih menghibur, cepat, dan menegangkan, seperti seri Star Wars.

Seakan memahami keluhan fans tersebut, Denis Villeneuve melakukan berbagai penyesuaian di Dune: Part Two, salah satunya mengenai masalah tone atau nuansa film. Di satu sisi, film ini tetap memuaskan para penggemar film “berbobot” dengan eksplorasi karakter dan temanya. Sementara di sisi lain, Dune: Part Two menampilkan aksi dan efek visual memukau yang bakal disukai oleh penonton mainstream.

Apalagi, Dune: Part Two juga menyisipkan beberapa plot twist besar yang akan mengubah jalan cerita Dune ke depannya. Kejutan ini tak hanya membuat para penonton yang bukan pembaca novelnya semakin tertarik, tetapi juga menjadikan Dune: Part Two sebagai sajian fiksi ilmiah terbesar, terkompleks, dan terepik dalam beberapa dekade terakhir.

Dune: Part Two tak hanya menawarkan aksi dan efek visual yang memukau, tetapi juga menggali lebih dalam karakter dan tema yang ada di novel. Film ini juga berhasil menghadirkan nuansa epik dan dramatis, yang sesuai dengan skala dan kompleksitas cerita.

Jika kamu belum menonton film ini, segera kunjungi bioskop terdekat dan saksikan sendiri bagaimana kelanjutan kisah Paul Atreides dan perang melawan House Harkonnen. Kamu tak akan menyesal, karena film ini adalah salah satu film fiksi ilmiah terbaik yang pernah ada!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Post